Kamis, 18 April 2013

askep perdarahan


Mata kuliah     : Gawat Darurat II
Nama Dosen   : Martina Malla S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERDARAHAN
Disusun Oleh     :
Kelas IIA
KELOMPOK
Nama             : AMAL AZIS
Nim                 : 111072
Nama              : MARIA KAKA LEDE
Nim                 : 111103
Nama              : MARIA IRIANTI USKONO
Nim                 : 111105
Nama              : IIN SAKINAH
Nim                 : 111095
Nama              : DENI RAMADHANI
Nim                 : 111084
AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA
PARE-PARE
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik (mis. fibrinogen, protrombin, proconvertin dll) dan ekstrinsik darah (mis. tromboplastin jaringan, . tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dll.) Permukaan kasar, suhu lungkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses koagulasi.

Waktu pendarahan merupakan suatu ukuran dari proses hemostasis dan proses koagulasi, ini tergantung dari efisiensi tenunan fibrin dalam mempercepat koagulasi, fungsi pembuluh kapiler, dan pada trombosit. Ukuran luka tidak kalah pentingnya dalam kaitannya dengan cepat dan lambatnya proses pendarahan.
Laju endap darah atau BSR (Blood Sedimentation Rate) merupakan kecepatan pengendapan butir darah merah berdasarkan waktu tertentu (biasanya jam). Waktu LED meningkat (laju makin lama) bilaterjadi penyakit seperti defisiensi besi, eritrosit rapuh/tua, pengenceran darah dll.).








BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian
Pendarahan (bahasa Inggris: hemorrhage, exsanguination; bahasa Latin: exsanguinātus, tanpa darah) merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau terjadi hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat kulit terluka, dan mimisan.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.
Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

B.Klasifikasi pendarahan
a.  Standar American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah, sebagai berikut:
-         Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
-         Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
-         Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
-         Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
b.  Standar World Health Organization
WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat diakibatkan oleh pendarahan sebagai berikut:
-        Grade 0
: Tidak terjadi pendarahan
-        Grade 1
: Pendarahan petekial
-        Grade 2
: Pendarahan sedang dengan gejala klinis yang signifikan
-        Grade 3
: Pendarahan gross, yang memerlukan transfusi darah
-        Grade 4
: Pendarahan debilitating yang fatal, retinal maupun cerebral
Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang.
Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya memar pada korban.
Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda-tanda pada korban, seperti:
-        setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda pendarahan
-        tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
-        lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah

Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan antara lain:
a.    Tekan langsung pada cidera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat, sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
b.    Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut) sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
c.    tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang selangka), brachial artery (di lipatan siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
d.    Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
e.    Tourniquet
Pembahasan:
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong karet ban sepeda dapat dpergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket ialah lima jari dibawah ketiak ( untuk perdarahan di lengan) dan lima jari dibawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik lagi apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya eratkan torniket dengan sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas simpul tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu seperti memutar keran air untuk mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu keras karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di tempat yang rendah dari torniket dan warna kulit di daerah itu menjadi pucat kekunungan.
Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau diselimuti benda apapun. Biarkan saja dalam keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan dengan cara apapun. Hal ini untuk tidak mempercepat kematian jaringan yang dialiri oleh darah. Setiap 10 menit torniket boleh dikendorkan ( dengan memutar kayunya) selama 30 detik tepat. Selama torniket kendor, luka ditekan dengan kasa steril.

Biasanya dilakukan pada :     
Perdarahan hebat
Tangan/ kaki putus
Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket : 5 jari di atas luka
Jenis tourniquets :
Bedah tourniquets
Bedah tourniquets sering digunakan dalam bedah ortopedi .Tourniquet bedah dengan lengan perlindungan ekstremitas dalam persiapan untuk operasi. Bedah tourniquets mencegah aliran darah ke ekstremitas dan memungkinkan ahli bedah untuk bekerja dalam bidang operasi berdarah. Hal ini memungkinkan prosedur pembedahan yang akan dilakukan dengan presisi perbaikan, keselamatan dan kecepatan. Tourniquets yang banyak digunakan dalam bedah ortopedi dan plastik, serta dalam anestesi regional intravena (Bier anestesi blok) di mana mereka melayani fungsi tambahan untuk mencegah bius lokal di dahan dari memasuki sirkulasi umum.
Darurat tourniquets
Tourniquets darurat digunakan dalam keadaan darurat pendarahan, kontrol untuk mencegah kehilangan darah yang parah dari trauma ekstremitas. Tourniquets darurat biasanya digunakan sebagai upaya terakhir, terutama dalam aplikasi sipil, karena bisa membunuh jaringan, dan menyebabkan kerusakan ekstremitas bawah.

Berbeda dengan pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami pendarahan dalam adalah sebagai berikut:
a.  Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin.
b.  Ice
Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.
c.  Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah.
d.   Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung

Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila pendarahan terjadi, penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin.

Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh).
Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan.
Cara penanganan pendarahan dalam:
1.    Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.
2.    Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
3.    Segera cari bantuan medis.
4.    Jangan memberi makanan atau minuman
5.    Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock)

Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka)
·         Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
·         Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian sebelumnya, "Merawat luka".
·         Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
·         Balut luka dengan erat.
·         Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
·         Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan. Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburu-buru melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
·         Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan.
·         Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
·         Segera cari bantuan medis.


Cara menghentikan pendarahan
1.    Angkat bagian tubuh yang terluka.
2.    Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih.
3.    Jika tidak ada, gunakan tangan Anda.
4.    Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.
5.    Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka, dan korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
a.    Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka
b.    Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya
c.    Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya.
d.    Ikat di antara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan sampai pendarahan.

C.   Tanda-tanda shock secara umum:
a.       Keadaan umum lemah.
b.      Perfusi kulit; pucat, dingin dan basah.
c.       Tachicardia.
d.      Vena perifer tidak tampak.
e.       Tekanan darah menurun, sistolik < 90 mmHg atau turun > 50 mmHg dari tekanan semula.
f.       Hiperventilasi.
g.      Sianosis perifer.
h.      Gelisah dan kesadaran menurun.
i.        Produksi urine menurun.




ASUHAN KEPERAWATAN KGD SISTEM KARDIOVASKULER: PERDARAHAN
1.    Pengkajian
a.    Identitas
b.    Aktifitas
c.    Sirkulasi
d.    Neurosensori
e.    Nyeri/ Kenyamanan
f.     Keamanan
g.    Pemeriksaan Fisik
h.    Pemeriksaan Lab
2.    Diagnosa
a.    Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
b.    Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah balik vena
3.    Intervensi
a.    Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : keseimbangan volume cairan
Kriteria Hasil :
1.    Asupan dan haluaran seimbang
2.    Memperlihatkan tekanan darah normal
3.    Tidak terjadi syok hipovolemia
4.    Ph darah 7,35 samapai 7,45
Intervensi:
1)    Pertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit dengan pemberian terapi:
Therapi intravena ( sesuai dengan jenis shock)
·         Kristaloid ( untuk mengembalikan cairan – elektrolit
-       Ringer laktat.
-       Ringer acetat.
·         Koloid : Mengembalikan volume plasma dan mengembalikan tekanan osmotik.
-       Whole blood,  DRC, plasma ( plasma –net, dekstran, dll)
2)    Kaji Vital sign
b.    Penurunan Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah balik vena
Tujuan : Mengembalikan curah jantung
Kriteria Hasil :
·         Curah jantung dalam batas normal
·         Denyut nadi perifer dalam batas normal
·         Kecepatan dan irama jantung dalam batas normal
·         Suhu kulit dalam batas normal
Intervensi:
1.    Pantau status kardiovaskuler meliputi curah jantung, denyut nadi perifer, kecepatan dan irama jantung dan dihubungkan dengan kondisi pasien
2.    Observasi perdarahannya
3.    Observasi adanya hipotensi, tekanan atrium kiri,  gagal jantung, bunyi jantung lemah, denyut nadi lemah,  penurunan aliran urine.









DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth vol 3 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta : EGG
Brunner dan Suddarth vol 2 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.Jakarta : EGG
Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3.Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar