MATA KULIAH :Keperawatan Medikal Bedah III
DOSEN :Henrick Sampeangin, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN
NEFROLITHIASIS
DI SUSUN OLEH :
AMAL AZIS
111072
AKADEMI
KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
TAHUN
AJARAN 2012-2013
ASKEP
NEFROLITIASIS
A.Defenisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal. Batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium
oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut
bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk.
Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering
terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin
terjadi. (Mansjoer Arief, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal
Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium
oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga
membentuk kalkulus ( batu ginjal ).
B.Etiologi
Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi
timbulnya batu :
1. Faktor
Endogen
a. Faktor
genetik familial pada hiper sistinuria
Suatu kelainan herediter yang resesif
autosomal dari pengangkutan asam amino
dimembran batas sikat tubuli proksimal.
b. Faktor
hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.
2. Faktor
eksogen
a. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum
dan membentuk amonium akan mengubah
pH uriun menjadi alkali dan akan
mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan
mempercepat pembentukan batu yang telah
ada.
b. Obstruksi
dan statis urin
Mempermudah terjadinya infeksi
c. Jenis
kelamin
Lebih banyak ditemukan pada laki-laki
d. Ras
e. Keturunan
f. Air minum
g. Pekerjaan
h. Makanan
i. Suhu
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien
(batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
C.Patofisiologi
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran
bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil,
sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode
immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium
dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium.
D.Manifestasi
klinik
Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika betu menghambat aliran urin,
terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai
menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara
perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri
yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan. Batu di piala ginjal mungkin
berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral.
Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan
genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang
terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
E.
Komplikasi
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat
memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut
diatas dipengaruhi oleh :
1.
Sempurnanya obstruksi
2. Lamanya
obstruksi
3. Lokasi
obstruksi
4. Ada
tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya
infeksi pada obstruksi antara lain :
1. Statis
urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme
maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita
2.
Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih
berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
3. Kerusakan
jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.
F.
Diagnostik Test
1. Klinik
a. Jumlah
batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan
b. Derajat
kerusakan ginjal
c. Riwayat
keluarga
d. Tanda dan
gejala penyakit penyebab :
1)
Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.
2) Asidosis
Tubuler Renalis ; langkah terhuyung – huyung, sakit pada tulang.
3)
Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.
4) Sebab
lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget,
imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali
dan penyakit khusus.
2. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Urinalisis
b. Hematuria
c. Piuria
d.
Kristalisasi
e.
bakteriologi
f. Kerangka
kerja metabolic
g. Darah
h. Urine
i. Analisa
batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
j. Status
batu
3.
Pemeriksaan Radiologi
a.
Pielografi ( IVP)
b. Pieolgrafi
retrograd
c. U S G
d. Tomografi
e. CT- Scan
G.
Penatalaksanaan
1. Terapik
medik dan simtomatik
a. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau
melarutkan batu
b.
Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang
terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan
minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
2. Terapi
mekanik
E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
3. Terapi
pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor
H.
Pencegahan
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih
perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu
adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1. Masalah
yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus
dikoreksi
2. Infeksi
harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A). Pengkajian
1. Identitas
Data
yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Merupakan
keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang
menggangu saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana
mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Penyakit
Dahulu
Klien
dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu
mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
6. Riwayat psikososial
Siapa
yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum.
B).
Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang
mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan
dan tata laksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi
nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas
karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu
ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam
perut, BAK normal.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat
kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan
operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit
yang dideritanya selama di rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal
tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang
berhubungan dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap
baik tidak ada gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien
dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien
tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.
(Handerson,
M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)
C). Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
- Klien biasanya lemah.
- Kesadaran komposmetis.
- Adanya
rasa nyeri.
2. Kulit
- Teraba panas.
- Turgor kulit menurun.
- Penampilan pucat.
3. Pernafasan
- Pergerakan nafas simetris.
4. Cardio Vaskuler
- Takicardi.
- Irama jantung reguler.
5. Gastro Intestinal
- Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen
- Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis
- Dalam BAK produksi urin tidak normal.
- Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urin lengkap, darah lengkap.
2. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh
obstruksi.
3. Pemeriksaan IVP
D). Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa
keperawatan yang sering muncul adalah :
1)Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral.
3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi
informasi.
E). Perencanaan
1)Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
a)Catat lokasi lamanya intensitas, dan penyebarannya
a)Catat lokasi lamanya intensitas, dan penyebarannya
R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
b)Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kestaff terhadap perubahan
b)Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kestaff terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri
R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu
c)Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat.
c)Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat.
R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
d)Berikan obat anti nyeri
d)Berikan obat anti nyeri
R/ untuk menurungkan rasa nyeri.
2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral.
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b)Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi
b)Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi
R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi
kebutuhan
berkemih segera.
c)Dorong meningkatkan pemmasukan cairan
c)Dorong meningkatkan pemmasukan cairan
R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan
dapat membantu
lewatnya batu
d)Awasi pemeriksaan laboratorium
d)Awasi pemeriksaan laboratorium
R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi
ginjal.
3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan mual/muntah
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan
R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam
evaluasi adanya
kerusakan ginjal
b)Catat insiden muntah
b)Catat insiden muntah
R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena sartaf
ganglion
seliaka pada kedua ginjal dan lambung
c)Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung
c)Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung
R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
d)Awasi tanda vital
d)Awasi tanda vital
R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
e)Berikan cairan IV
e)Berikan cairan IV
R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal
4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi
informasi.
a)Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan
a)Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan
informasi
b)Tekankan pentingnya pemasukan cairan
b)Tekankan pentingnya pemasukan cairan
R/ pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan statis ginjal dan
pembentukan batu
c)Diaskusikan program pengobatan
c)Diaskusikan program pengobatan
R/ obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine
DAFTAR PUSTAKA
1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar