Nama Dosen : Martina Malla S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERDARAHAN
Disusun Oleh :
Kelas IIA
KELOMPOK
Nama
:
AMAL AZIS
Nim : 111072
Nama : MARIA KAKA LEDE
Nim : 111103
Nama : MARIA IRIANTI USKONO
Nim : 111105
Nama : IIN SAKINAH
Nim : 111095
Nama : DENI RAMADHANI
Nim : 111084
AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA
PARE-PARE
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
intrinsik (mis. fibrinogen, protrombin, proconvertin dll) dan ekstrinsik darah
(mis. tromboplastin jaringan, . tromboplastin pembuluh, luka, permukaan
kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dll.)
Permukaan kasar, suhu lungkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan,
sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat
proses koagulasi. Sementara itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium
sitrat/oxalat akan menghentikan proses koagulasi.
Waktu pendarahan merupakan suatu ukuran dari proses hemostasis dan
proses koagulasi, ini tergantung dari efisiensi tenunan fibrin dalam
mempercepat koagulasi, fungsi pembuluh kapiler, dan pada trombosit. Ukuran luka
tidak kalah pentingnya dalam kaitannya dengan cepat dan lambatnya proses
pendarahan.
Laju endap darah atau BSR (Blood Sedimentation Rate) merupakan kecepatan pengendapan butir darah merah berdasarkan waktu tertentu (biasanya jam). Waktu LED meningkat (laju makin lama) bilaterjadi penyakit seperti defisiensi besi, eritrosit rapuh/tua, pengenceran darah dll.).
Laju endap darah atau BSR (Blood Sedimentation Rate) merupakan kecepatan pengendapan butir darah merah berdasarkan waktu tertentu (biasanya jam). Waktu LED meningkat (laju makin lama) bilaterjadi penyakit seperti defisiensi besi, eritrosit rapuh/tua, pengenceran darah dll.).
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Pendarahan (bahasa Inggris: hemorrhage,
exsanguination; bahasa
Latin: exsanguinātus, tanpa darah) merupakan
istilah kedokteran yang digunakan untuk
menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar dari
dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau terjadi hingga
keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat kulit terluka, dan mimisan.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu
ketinggian.
Pendarahan adalah peristiwa
keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami
kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau
pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
B.Klasifikasi pendarahan
a. Standar American
College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume
kehilangan darah, sebagai berikut:
-
Kelas I, dengan
kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
-
Kelas II, dengan
kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
-
Kelas IV, dengan
kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
b. Standar World Health Organization
WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat diakibatkan
oleh pendarahan sebagai berikut:
- Grade 0
|
:
Tidak terjadi
pendarahan
|
- Grade 1
|
|
- Grade 2
|
:
Pendarahan sedang
dengan gejala klinis yang signifikan
|
- Grade 3
|
:
Pendarahan gross, yang
memerlukan transfusi darah
|
- Grade 4
|
:
Pendarahan debilitating
yang fatal, retinal maupun cerebral
|
Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan
dibagi menjadi 2 macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan
tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan
warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak.
Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan
berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik),
maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh
kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna
merah terang.
Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari
pembuluh darah dan mengisi daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot.
Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya memar pada korban.
Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan
dalam. Pada pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi
rongga dalam tubuh, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat
diidentifikasi dari tanda-tanda pada korban, seperti:
-
setelah
cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda pendarahan
-
tempat
cidera mungkin terlihat memar yang terpola
-
lubang
tubuh mungkin mengeluarkan darah
Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam,
tergantung pada jenis dan tingkat pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka,
pertolongan yang bisa diberikan antara lain:
a. Tekan
langsung pada cidera
Penekanan ini dilakukan
dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat, sistem peredaran darah
akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak
terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
b. Elevasi
Teknik dilakukan dengan
mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut) sehingga lebih tingggi
dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas balutan yang pertama bisa
diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
c. tekan
pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini
bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh
manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery
(di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang
selangka), brachial artery (di lipatan siku), radial artery (di pergelangan
tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut),
posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di
punggung kaki).
d. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan
untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan
diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
e. Tourniquet
Pembahasan:
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran
darah dibawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut
segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong karet ban sepeda dapat dpergunakan
untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup untuk dua kali melilit
bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket ialah
lima jari dibawah ketiak ( untuk perdarahan di lengan) dan lima jari dibawah
lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih
baik lagi apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah
lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain masih perlu
dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya eratkan torniket dengan sebuah
simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas simpul tersebut.
Selanjutnya diikat lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu seperti
memutar keran air untuk mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu keras
karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah
kencang ialah menghilangnya denyut nadi di tempat yang rendah dari torniket dan
warna kulit di daerah itu menjadi pucat kekunungan.
Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau
diselimuti benda apapun. Biarkan saja dalam keadaan terbuka. Juga tidak boleh
dipanaskan dengan cara apapun. Hal ini untuk tidak mempercepat kematian
jaringan yang dialiri oleh darah. Setiap 10 menit torniket boleh dikendorkan (
dengan memutar kayunya) selama 30 detik tepat. Selama torniket kendor, luka
ditekan dengan kasa steril.
Biasanya dilakukan pada :
Perdarahan hebat
Tangan/ kaki putus
Tempat yang baik melakukan pemasangan
torniket : 5 jari di
atas luka
Jenis
tourniquets :
Bedah tourniquets
Bedah tourniquets sering digunakan dalam bedah ortopedi .Tourniquet
bedah dengan lengan perlindungan ekstremitas dalam persiapan untuk operasi.
Bedah tourniquets mencegah aliran darah ke ekstremitas dan memungkinkan ahli
bedah untuk bekerja dalam bidang operasi berdarah. Hal ini memungkinkan
prosedur pembedahan yang akan dilakukan dengan presisi perbaikan, keselamatan
dan kecepatan. Tourniquets yang banyak digunakan dalam bedah ortopedi dan
plastik, serta dalam anestesi regional intravena (Bier anestesi blok) di mana
mereka melayani fungsi tambahan untuk mencegah bius lokal di dahan dari
memasuki sirkulasi umum.
Darurat tourniquets
Tourniquets darurat digunakan dalam keadaan darurat
pendarahan, kontrol untuk mencegah kehilangan darah yang parah dari trauma
ekstremitas. Tourniquets darurat biasanya digunakan sebagai upaya terakhir,
terutama dalam aplikasi sipil, karena bisa membunuh jaringan, dan menyebabkan
kerusakan ekstremitas bawah.
Berbeda dengan pendarahan terbuka,
pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami pendarahan dalam
adalah sebagai berikut:
a. Rest
Korban diistirahatkan dan
dibuat senyaman mungkin.
b. Ice
Bagian yang luka dikompres
es hingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan
terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.
c. Commpression
Bagian yang luka dibalut
dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang
rusak pada pembuluh darah.
d. Elevation
Kaki dan tangan korban
ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung
Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa
berakibat fatal. Bila pendarahan terjadi, penting bagi penolong untuk
menghentikannya secepat mungkin.
Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka)
dan pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh).
Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui
daripada pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus
diperhatikan.
Cara penanganan pendarahan dalam:
1.
Baringkan korban dengan
nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.
2.
Angkat dan tekuk
kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
3.
Segera cari bantuan
medis.
4.
Jangan memberi makanan
atau minuman
5.
Periksa korban setiap
saat kalau dia mengalami syok (shock)
Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka)
· Baringkan korban dalam
posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
· Periksa apakah luka
berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan sentuh luka;
gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian
sebelumnya, "Merawat luka".
· Jika luka tidak disertai
tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Jika tidak ada
pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan untuk
mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan bantalan yang steril. Jika
korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi
risiko infeksi silang.
· Balut luka dengan erat.
· Angkat bagian tubuh yang
terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
· Jika darah membasahi
pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan. Walaupun pendarahan telah
berhenti, jangan terburu-buru melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk
menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
· Jangan memberi makanan
atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan.
· Periksa korban setiap
saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
· Segera cari bantuan
medis.
Cara menghentikan pendarahan
1.
Angkat bagian tubuh yang
terluka.
2.
Tekan bagian yang
terluka dengan kain bersih.
3.
Jika tidak ada, gunakan
tangan Anda.
4.
Tetap tekan bagian tubuh
yang terluka sampai pendarahan terhenti.
5.
Jika pendarahan tidak
bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka, dan korban telah
kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
a.
Tetap menekan dengan
kuat bagian tubuh yang terluka
b.
Mengangkat bagian tubuh
yang terluka setinggi-tingginya
c. Mengikat bagian lengan
atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya.
d.
Ikat di antara bagian
yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan sampai pendarahan.
C.
Tanda-tanda shock secara
umum:
a.
Keadaan umum lemah.
b.
Perfusi kulit; pucat,
dingin dan basah.
c.
Tachicardia.
d.
Vena perifer tidak
tampak.
e.
Tekanan darah menurun,
sistolik < 90 mmHg atau turun > 50 mmHg dari tekanan semula.
f.
Hiperventilasi.
g.
Sianosis perifer.
h.
Gelisah dan kesadaran
menurun.
i.
Produksi urine menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN KGD SISTEM
KARDIOVASKULER: PERDARAHAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Aktifitas
c. Sirkulasi
d. Neurosensori
e. Nyeri/ Kenyamanan
f. Keamanan
g. Pemeriksaan Fisik
h. Pemeriksaan Lab
2. Diagnosa
a. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
b. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah balik
vena
3. Intervensi
a. Defisit
volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : keseimbangan volume cairan
Kriteria Hasil :
1. Asupan
dan haluaran seimbang
2. Memperlihatkan
tekanan darah normal
3. Tidak
terjadi syok hipovolemia
4. Ph
darah 7,35 samapai 7,45
Intervensi:
1) Pertahankan
keseimbangan volume cairan dan elektrolit dengan pemberian terapi:
Therapi intravena (
sesuai dengan jenis shock)
·
Kristaloid ( untuk
mengembalikan cairan – elektrolit
-
Ringer laktat.
-
Ringer acetat.
·
Koloid : Mengembalikan
volume plasma dan mengembalikan tekanan osmotik.
-
Whole blood, DRC,
plasma ( plasma –net, dekstran, dll)
2) Kaji
Vital sign
b. Penurunan
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan
darah balik vena
Tujuan : Mengembalikan curah jantung
Kriteria Hasil :
·
Curah jantung dalam batas normal
·
Denyut nadi perifer dalam batas
normal
·
Kecepatan dan irama jantung dalam
batas normal
·
Suhu kulit dalam batas normal
Intervensi:
1. Pantau
status kardiovaskuler meliputi curah jantung, denyut nadi perifer, kecepatan
dan irama jantung dan dihubungkan dengan kondisi pasien
2. Observasi
perdarahannya
3. Observasi
adanya hipotensi, tekanan atrium kiri, gagal jantung, bunyi jantung
lemah, denyut nadi lemah, penurunan aliran urine.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan Suddarth vol 3 Edisi 8.2002.
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta : EGG
Brunner dan Suddarth vol 2 Edisi 8.2002.
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.Jakarta : EGG
Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3.Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar