Senin, 03 Juni 2013

ASKEP NEFROLITHIASIS




MATA KULIAH       :Keperawatan  Medikal Bedah III
DOSEN                      :Henrick Sampeangin, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN
NEFROLITHIASIS


 
                  DI SUSUN OLEH :
    AMAL AZIS

111072
AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
TAHUN AJARAN 2012-2013

ASKEP NEFROLITIASIS

A.Defenisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal. Batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)
            Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

B.Etiologi
Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu :
1. Faktor Endogen
a. Faktor genetik familial pada hiper sistinuria
    Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino
    dimembran batas sikat tubuli proksimal.
b. Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.
2. Faktor eksogen
a. Infeksi
    Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah
    pH uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan
    mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
b. Obstruksi dan statis urin
    Mempermudah terjadinya infeksi

c. Jenis kelamin
    Lebih banyak ditemukan pada laki-laki
d. Ras
e. Keturunan
f. Air minum
g. Pekerjaan
h. Makanan
i. Suhu

            Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

C.Patofisiologi
            Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium.

D.Manifestasi klinik
Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan. Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

E. Komplikasi
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :
1. Sempurnanya obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Lokasi obstruksi
4. Ada tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :
1. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita
2. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
3. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

F. Diagnostik Test
1. Klinik
a. Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan
b. Derajat kerusakan ginjal
c. Riwayat keluarga
d. Tanda dan gejala penyakit penyebab :
1) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.
2) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung – huyung, sakit pada tulang.
3) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.
4) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
b. Hematuria
c. Piuria
d. Kristalisasi
e. bakteriologi
f. Kerangka kerja metabolic
g. Darah
h. Urine
i. Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
j. Status batu
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Pielografi ( IVP)
b. Pieolgrafi retrograd
c. U S G
d. Tomografi
e. CT- Scan

G. Penatalaksanaan
1. Terapik medik dan simtomatik
a. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
b. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
2. Terapi mekanik
E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
3. Terapi pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor

H. Pencegahan
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi
2. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu




KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A).        Pengkajian
1.   Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2.   Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu  saat ini.
3.   Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
4.   Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
5.   Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
6.   Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

B).    Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola persepsi dan tata laksana hidup
        Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
        Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.
3.      Pola aktivitas dan latihan
        Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4.      Pola eliminasi
        Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.


5.      Pola tidur dan istirahat
       Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.
6.      Pola persepsi dan konsep diri
        Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7.      Pola sensori dan kognitif
        Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
8.      Pola reproduksi sexual
        Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9.      Pola hubungan peran
         Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
10.  Pola penaggulangan stress
          Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul.
11.  Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.
        (Handerson, M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)

C).    Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan Umum
-        Klien biasanya lemah.
-        Kesadaran komposmetis.
-        Adanya rasa nyeri.
2.      Kulit
-       Teraba panas.
-       Turgor kulit menurun.
-       Penampilan pucat.
3.      Pernafasan
-       Pergerakan nafas simetris.
4.      Cardio Vaskuler
-       Takicardi.
-       Irama jantung reguler.
5.      Gastro Intestinal
-       Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6.      Sistem Integumen
-       Tampak pucat.
7.      Geneto Urinalis
-       Dalam BAK produksi urin tidak normal.
-       Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

Pemeriksaan Penunjang
1.      Urin lengkap, darah lengkap.
2.      Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi.
3.      Pemeriksaan IVP

D).     Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1)Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
   ginjal atau ureteral.
3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
    berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.

E).   Perencanaan
1)Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
a)Catat lokasi lamanya intensitas, dan penyebarannya
    R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
b)Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kestaff terhadap perubahan
    kejadian/karakteristik nyeri
    R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu
c)Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat.
    R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
d)Berikan obat anti nyeri
    R/ untuk menurungkan rasa nyeri.

2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
    ginjal atau ureteral.
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
    R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b)Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi
    R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan
    berkemih segera.
c)Dorong meningkatkan pemmasukan cairan
    R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu
    lewatnya batu
d)Awasi pemeriksaan laboratorium
   R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.

3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan mual/muntah
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan
   R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya
   kerusakan ginjal
b)Catat insiden muntah
   R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena sartaf ganglion   
   seliaka pada kedua ginjal dan lambung
c)Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung
    R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
d)Awasi tanda vital
   R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
e)Berikan cairan IV
   R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal

4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
    berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.
a)Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan
   R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan  
   informasi
b)Tekankan pentingnya pemasukan cairan
   R/ pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu
c)Diaskusikan program pengobatan
   R/ obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine





























DAFTAR PUSTAKA
1.   Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran  EGC, Jakarta.
2.   Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar