Minggu, 09 Juni 2013

askep luka bakar

Askep Combustio

LUKA BAKAR / COMBUSTIO


A.    PENGERTIAN.
Luka Bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi, juga kontak dengan suhu rendah (frost bite).
à    Kematian dan akibat lain  berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik.

B.    PATOFISIOLOGI.
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai shock, dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut dan disfungsi cerebral. Kondisi ini dijumpai pada fase awal yang berlangsung sampai 72 jam I.  Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier, maka sangat mudah terinfeksi dan mudah terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan disertai pengeluaran protein dan energi sehingga terjadi gangguan metabolisme.  Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin yang dapat menimbulkan sepsis dan kegagalan fungsi organ tubuh. Reaksi inflamasi yang berlanjut akan menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-strukturnya.  Kondisi ini menimbulkan parut yang tidak beraturan, kontraktur dan deformitas sendi.
Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 0C tanpa kerusakan permanen.   Antara 44 dan 510C  à  kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur.  Lebih dari 51 0C protein terdenaturasi dan kerusakan protein sangat hebat.    Diatas 71 0C : kerusakan seluler sangat cepat.
C.    DERAJAT LUKA BAKAR.
Secara klasik luka bakar terbagi 3 macam, yaitu :
1). Derajat  I      ( Luka Bakar Superfisial ).
      Terbatas pada lapisan epdermis ditandai dengan kemerahan yang akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari.
2).            Derajat  II    ( Luka Bakar Dermis ).
Mencapai kedalaman dermis, tetapi  masih ada elemen epitel yang tersisa.  Dengan adanya sel epitel yang sehat ini luka dapat sembuh dalam  10 - 21 hari.  Karena kerusakan kapiler dan  ujung saraf di dermis maka luka tampak pucat dan lebih nyeri karena ada iritasi ujung syaraf sensorik.  Timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah. karena permeabilitas dindingnya meninggi.
Derajat II dibedakan menjadi  :
a.     Derajat  II  Dangkal;
Kerusakan mengenai bagian siperfisial dari dermis dan sembuh spontan         14  – 15  hari.
b.     Derajat  II  Dalam ;
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan dirasakan nyeri.  Sembuh lebih lama tergantung dari sel epitel sehat yang masih tersisa. Penyembuhan lebih dari satu bulan.              
3).            Derajat  III.
Meliputi seluruh kedalaman kulit, subkutis atau organ yang lebih dlm.  Karena elemen epitel rusak semuanya maka kesembuhan dilakukan dengan cangkok kulit. Karena koagulasi protein yang terjadi maka gambaran kulit putih,                     tidak  ada bula, tidak nyeri.
Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu
1.      Kondisi jaringan yang terkena.
Syaraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedangkan tulang paling tahan.  Jaringan lain memiliki konduksi sedang.
2.      Waktu kontak.
3.      Pigmentasi kulit.

D.    KLASIFIKASI LUKA BAKAR.
1.  Berat,         bila :
§         Derajat  II  dengan luas lebih dari 25 %.
§         Derajat  III  dengan luas lebih dari  10 %.

§         Disertai trauma jalan nafas, jaringan lunak luas, fraktur.
§         Akibat listrik.
2.  Sedang,     bila :
§         Derajat  II  dengan luas 15 – 25 %.
§         Derajat  III  dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka, kaki dan tangan.
3.  Ringan,      bila :
§         Derajat  II  dengan luas kurang dari 15 %.
§         Derajat  III  kurang dari  2 %.

E.    LUAS LUKA BAKAR.
Perhitungan luas luka bakar menurut Role of Nine  dari Walace.
  • Kepala dan leher       : 9 %.
  • Ekstremitas atas      : 2 x 9 %.
  • Paha dan kaki                       : 4 x 9 %.
  • Perineum dan genital           : 1 %.
F.    PENATALAKSANAAN.
1.     Prinsip Penanganan Luka Bakar.
õ        Penutupan lesi sesegera mungkin.
õ        Pencegahan infeksi.
õ        Mengurangi rasa nyeri.
õ        Pencegahan trauma mekanik pada kulit.
õ        Pembatasan jaringan parut.
2.     Pada Saat Kejadian.
õ        Jauhkan korban dari sumber trauma.
õ        Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air.
õ        Kalau trauma bahan kimia  à siram kulit dengan air mengalir.
3.     Tindakan Selanjutnya.
a.      Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas dan sirkulasi.
b.      Periksa cedera diseluruh tubuh secara sistematis.
c.       Untuk memenuhi kebutuhan  cairan maka memakai perhitungan :
1).  Berat badan (kg)   x     % luka bakar    x    1 cc Nacl.
2). Berat badan  (kg)   x    % luka bakar    x    1 cc larutan koloid.
3). 2000 cc  glukosa    5 %.
Keterangan         :
Ø    Terapi cairan di atas diindikasikan pada luka bakar derajat II / III dengan luas lebih dari 25 % atau pasien yang tidak dapat minum.
Ø    Terapi dihentikan bila masukan oral dapat diberikan.
Ø    Separo dari jumlah 1,2 dan 3  diberi pada 8 jam I, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Ø    Pada hari ke 2 diberikan ½ dari jumlah cairan hari I.
Ø    Hari ke 3 diberikan ½  dari jumlah cairan hari ke  2..
d.      Berikan analgetik.
e.      Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil, bila perlu lakukan debredement.
f.        Berikan antibiotika topical sesudah pencucian luka.
g.      Berikan antitetanus / toxoid yaitu ATS 3.000 Unit pada orang dewasa dan separuh untuk anak.



G.   PERAWATAN.
a.      Nutrisi diberikan cukup untuk memenuhi kebutuhan.
b.      Perawatan lokal.
c.       Antibiotik Topikal dan sistemik untuk mencegah infeksi.
d.      Rehabilitasi.
e.      Usahakan tidak ada gangguan dalam penyembuhan. Maka lakukan perawatan luka bakar dengan baik dan lakukan nekrotomi secepat mungkin.
f.        Usahakan mempertahankan fungsi sendi dengan latihan gerak.
g.      Suplementasi vitamin A, C dan SF.

H.   KOMPLIKASI.
J     Hiponatremia
J     Dehidrasi
J     Hipoxia
J     Kolaps sirkulasi
J     Hematuri
J     Oliguria
J     Anemia
J     Sindrom distress pernafasan
J     Syok septik
J     KID



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LUKA BAKAR


I.        PENGKAJIAN SISTEM INTEGUMEN.
Data Objektif :
Observasi temuan
I     Presentasi permukaan tubuh yang terkena.
I     Klasifikasi.
I     Lokasi anatomis.
I     Umur pasien.
I     Syok, takikardi, hipotensi.
Data Subjektif :
I     Penyebab luka bakar.
I     Riwayat penyakit sebelumnya.
I     Adanya nyeri.
           
II.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Œ    Darah : Hb
Œ    Urinalisa        :albumin.
Œ    EKG
Œ    Radiologi; Skan Paru; Bronkoskopi.





III.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR.
1.     Kerusakan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Perubahan Membran Kapiler / Hypovolemia, Ditandai Dengan :
§         Nafas cepat, tidak teratur.
§         Ronchi.
Intervensi      :
Ä       Kaji status pernafasan.
Ä       Pertahankan jalan nafas tetap adekuat.
Ä       Atur posisi dan ajarkan latihan nafas dalam.
Ä       Istirahatkan pasien.
Ä       Kolaborasi untuk terapi pemberian oksigen dan broncholitik.

2.     Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan Luka Bakar, Ditandai Dengan :
§         Oliguri, hiponatremia
§         Dehidrasi
§         Syock
§         Haus
§         Turgor kulit jelek
Intervensi      :
Ä      Pantau dehidrasi dan masukan hakuaran cairan setiap 4 jam.
Ä      Berikan cairan parenteral.
Ä      Timbang berat badan tiap hari.
Ä      Pantau status mental.


3.     Potensial Infeksi Berhubungan Dengan Tidak Adekuatnya Pertahanan Primer.
Intervensi      :
Ä      Pertahankan tindakan pencegahan isolasi.
Ä      Lakukan tindakan dengan teknik aseptik.
Ä      Pantau tanda-tanda infeksi.
Ä      Lakukan perawatan luka dengan baik.
Ä      Kolaborasi pemberian antibiotika jika diindikasikan.

4.      Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Ditandai Dengan :
§         Adanya bula
§         Adanya ulserasi pada kulit
Intervensi      :
Ä      Kaji tingkat trauma.
Ä      Pertahankan dalam posisi yang nyaman.
Ä      Kaji area penekanan dan hindari penekanan pada satu sisi saja.
Ä      Kolaborasi pemberian obat topikal untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

5.     Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan, Ditandai Dengan :
§         Klien lebih banyak ditempat tidur.
§         ADL lebih banyak dibantu.
Intervensi      :
Ä      Bantu dan ajarkan rentang gerak pasif dan aktif.
Ä      Ubah posisi sesering mungkin untuk mencegah kekakuan.
Ä      Ambulasi sedini mungkin.
Ä      Koordinasikan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri.

6.     Nyeri Berhubungan Dengan Imobilisasi Luka Bakar, Ditandai Dengan :
§         Klien mengeluh nyeri.
§         Ekspresi wajah tegang dan meringis.
Intervensi      :
Ä      Pertahankan kenyamanan.
Ä      Kaji karakteristik nyeri.
Ä      Ajarkan teknik distraksi.
Ä      Ganti posisi menurut kenyamanan pasien.
Ä      Kolaborasi pemberian anlgetik.

7.     Gangguan Citra Tubuh Berhubungan Dengan Cacat Akibat Luka Bakar,             Ditandai Dengan :
§         Klien tampak menarik diri.
§         Menolak kerjasama.
Intervensi      :
Ä      Kaji tingkat kecemasan.
Ä      Ekspresikan penerimaan perasaan.
Ä      Sediakan waktu untuk mengungkapkan perasaan.
Ä      Pertahankan sikap yang tidak menilai dan hindari reaksi penolakan non verbal.
Ä      Kaji sikap koping.
Ä      Libatkan pasien dalam rutinitas.



DAFTAR  PUSTAKA



1.     Susan Martin Tucker.  1998.   Standar Perawatan Pasien . Volume 3. Penerbit : EGC, Jakarta.

2.      Arif Mansjoer etc. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.  Edisi 3. Jilid 2. penerbit : Media Aesculapius, Jakarta.

3.     Sabiston.  1992.   Buku Ajar Bedah.  Bagian  I.  Penerbit : EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar